Thursday, 11 June 2009

Baja Damaskus

Baja damaskus (Damascus style steel) adalah jenis baja yang mempunyai tekstur atau di Indonesia dikenal dengan sebutan “pamor”. Dibuat dari baja karbon yang dibuat berlapis dengan lapisan nikel, perak (silver) atau emas (gold). Lapisan-lapisan yang dilipat berulang kali hingga beratus kali ini menghasilkan pola garis baik teratur maupun tidak. Secara luas baja ini diproduksi di India, Prancis dan Jerman paling tidak sampai abad 17 dan di Amerika Serikat hingga tahun 1970-an. Kekuatan baja damaskus beragam, tidak mempunyai patokan yang tetap hal ini tergantung dari jenis lapisan, jumlah lapisan dan keahlian dari pembuatnya.

Ada dua teknik utama pembuatan baja damaskus ini yang pertama adalah teknik forge welding dimana diantara dua lapisan baja keras dilapiskan logam yang lebih lunak seperti perak atau nikel bahkan kadang-kadang emas, dipanaskan hingga membara dan kemudian ditempa hingga kembali mendingin dan menyatu. Billet yang dihasilkan dipipihkan dan dipotong menjadi dua bagian dan dilipat/disatukan kembali untuk kemudian dipanaskan dan ditempa lagi. Hal ini berulang 60 sampai 2000 kali tergantung dari keinginan dan kebutuhan penempa. Kebanyakan baja damaskus (dan pisau damaskus) mempunyai 200 sampai 500 lapisan. Hasil dari perbedaan logam yang berlapis menghasilkan pola-pola yang timbul setelah proses pengasahan pada bilah pisau.

Teknik berikutnya adalah wire welding teknik ini menggunakan kawat baja karbon yang ditarik dan disatukan kawat logam lain yang dijalin sedemikian rupa dengan panas tinggi kemudian ditempa. Kawat baja yang panas dan dipaksa menyatu pada suhu tinggi untuk membentuk billet ini yang pada akhirnya setelah mendingin akan membuat jaringan/lapisan-lapisan. Pola yang dihasilkan akan tergantung dari jalinan yang dibuat, ukuran kawat yang dijalin dan jenis logam yang disatukan.

Kedua teknik tersebut adalah teknik yang umum digunakan pada pembuatan Baja Damascus, tentu saja prakteknya tidak semudah teorinya, banyak hal yang dipertimbangkan dalam penggunaan Baja jenis ini, titik leleh yang berbeda, ikatan antar molekul dari bahan yang berbeda, kekerasan bahan yang berbeda membuat kesulitan tersendiri dari pembuatan Baja ini.

“Wootz” adalah jenis lain baja damaskus diperkenalkan oleh Al.Pendray, dengan menggunakan teknik pemanasan bertingkat dan pendinginan dengan bermacam-macam pendingin untuk membuat pola-pola pada baja biasa. Pada baja damaskus jenis ini tidak menggunakan logam lain sebagai pembentuk pola. Perbedaan stuktur kimia yang terjadi, kekerasan, kandungan karbon yang terjadi karena pemanasan dan pendinginan, penempaan yang berulang-ulang menghasilkan tekstur tersendiri dari baja. Dengan demikian pembuatan baja damaskus jenis ini sangat tergantung dari kreatifitas dan keterampilan dari pembuat baja itu sendiri.

Di Indonesia teknologi pembuatan baja damaskus ini sebenarnya sudah banyak dikenal dengan sebutan baja pamor di solo yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan pisau berpamor di Ken Arok Workshop, atau dalam skala kecil pada pembuatan golok-golok di “pande” besi dengan sebutan baja selap yang dibuat dengan menyisipkan baja lebih keras diantara dua bilah baja yang lebih lunak. Penambahan bahan lain seperti warangan yang merupakan sejenis racun atau air jeruk untuk meningkatkan pamornya juga banyak dilakukan oleh banyak empu.

Satu hal yang menarik pada baja ini adalah kekuatan dan sifat fisik (material properties bahan) tidak dipertimbangkan sebagai penentu utama harga baja ini, karena tidak semua bahan yang dimasukkan bertujuan memperbaiki material properties bahan, pada umumnya mitos, dan keindahan lebih berperan pada baja jenis ini, tapi umumnya harga pisau barang-banarng termasuk pisau yang menggunakan baja ini mempunyai harga yang lebih tinggi

No comments: